11 September 2010

THR makes me crazy.


Getting frustrated to find this novel. :(
THR (Tugas Hari Raya) buat mata kuliah Hermeneutika, baca novelnya lalu tulis dengan metode Hermeneutik. Dikasih pinjam sama dosennya novel bahasa inggrisnya, sedangkan yang foto diatas itu cover novel bahasa indonesianya. Dosennya punya loh yang bahasa indonesia, tapi ngga mau ngasih pinjam yang itu. Deadlinenya tanggal 21 September 2010. :(

Oh, belum kasih info ya, itu novelnya Milan Kundera, berjudul The Unbearable Lightness of Being. Gw cek ke beberapa Tb.Gramedia yang cukup besar di Jakarta, semua bilang stock kosong, dan terakhir masuk ke Gramedia tahun 2008. Novelnya (untuk yang berbahasa Indonesia) diterbitkan tahun 2007 oleh penerbit FreshBook. Ngga heran kalo sekarang susah banget dicari. :|

Kenapa mati-matian nyari bahasa indonesianya kalau sudah ada yang bahasa inggrisnya? ya ampon, siapa deh yang mau susah? ini novel filsafat, coy. Agak rempong dibaca. Jadi lebih baik baca yang sudah diterjemahkan ke bahasa ibu dong? ;)

Bagi siapapun yang punya atau yang tahu dimana lokasi penjualan novel ini, harap tinggalkan komen.

09 September 2010

cinta tak harus memiliki (?)

jika cinta tidak harus memiliki. jadi apa arti cinta itu?

jika cinta harus memiliki. jadi apa arti cinta itu?

hanya sebatas 'hak milik'-kah?

jadi masalahnya cinta itu apa ya?

dua orang menjadi satu karena suatu rasa yang sama-sama dimiliki dan dirasa kah?

karena ketika dua orang bilang saling mencintai, maka ada satu keterikatan diantara dua orang itu.

dan tanpa disadari yang satu
akan merasa jadi milik yang lain, begitu juga sebaliknya. jadi sebenarnya dari dulu konsep cinta sudah dekat dengan kata 'memiliki' ya?
Tulisan di atas merupakan salah satu post notes di fb saya. Sempat merasa terdistraksi dengan kalimat,"cinta tak harus memiliki" maka saya menulis notes di atas.

Kenapa tiba-tiba ada konsep memiliki? Kenapa tiba-tiba cinta saya kaitkan dengan kepemilikkan? Bukankah dalam satu hubungan yang tercipta karena cinta memang akan muncul konsep kepemilikkan? konsep keterikatan?
Bagaimana mungkin? yah jelas, status pacaran, pernikahan, itu membuktikan keterikatan antara dua manusia yang saling mencintai.
Keterikatan jelas akan menimbulkan 'hak milik'.

Simpelnya,

Si A pacaran sama si B. Suatu hari, A bertemu dengan C.

C : "eh gw denger loe udah pacaran sekarang?"

A : *shy-shy-cat* "iya"

C : "sama siapa?"

A : "sama si B"

C : "oh jadi sekarang loe pacarnya si B"

Dari obrolan singkat si A dan si C, ada konsep yang tersampaikan. Si A pacarnya si B. Secara tidak langsung, tersirat, si A itu sekarang miliknya si B, si B itu sekarang miliknya si A. Kenapa begitu? Yah kan mereka pacaran coy. Lah terus kenapa kalau mereka pacaran? Yah berarti mereka saling memiliki dalam ikatan cinta coy.

Saling memiliki?

Jadi orang-orang dalam suatu hubungan itu saling memiliki dong ya? (dengan/tanpa cinta?)

Jadi jelas kalimat, "cinta tak harus memiliki" itu agak kurang bisa direalisasikan (mungkin). Pastinya hasrat manusia untuk tidak memiliki apa yang diinginkan agak sulit untuk dibendung.

Namun memiliki dalam bentuk konsep? Jelas itu mungkin sekali untuk dilakukan. Makanya kan ada yang disebut dengan Cinta Platonis.
Tapi apakah mungkin sanggup? Mencintai konsep belaka?

Biarlah angan dan nalar kita menjawab menurut apa yang kita yakini.

08 September 2010

cinta platonis (?)

C I N T A


Lima huruf, satu kata, beberapa arti, berjuta rasa.
Urusan cinta memang ngga ada matinya deh kayanya cuy. :)
Ada aja problematika cinta dalam kehidupan manusia. Tapi ga selalu melulu problematika sih.

Jadi inget yang namanya 'Cinta Platonis', sebelumnya pernah ngepost sih soal ini di blog lain.
Berikut post-an singkat yang pernah dibuat soal 'Cinta Platonis',

Plato, filsuf yunani kuno, terkenal dengan pemikiran dunia idea-nya. Plato sendiri tidak pernah menyebutkan kata ‘ide/idea’ dalam setiap ‘pikiran’ yang dituangkannya, melainkan para filsuf-filsuf penerusnya-lah yang menulis tentang ajarannya di masa yunani kuno itu-lah yang melahirkan kata ide/idea’ pada pemikiran Plato. ‘

Yang riil adalah yang tidak riil. Yang nyata adalah yang tidak nyata. Begitulah ringkasnya inti ajaran meyakini bahwa yang ada di dunia nyata saat ini, yang merupakan materi/material, bukanlah sebuah dunia yang nyata melainkan dunia yang fana/tidak nyata.

Semua materi yang ada di dunia nyata hanyalah sebuah ‘alat bantu’ untuk memasuki dunia yang riil menurut Plato, yaitu dunia idea (dunia yang tidak riil yang ada di dalam idea. Dunia idea tidak diciptakan oleh manusia, dunia idea sudah ada jauh sebelum ada manusia.)

Berdasar dari konsep ide/idea Plato itulah, cinta termasuk sesuatu yang tidak bisa dimiliki oleh manusia secara sempurna di dunia nyata ini. Cinta sempurna hanya ada di dunia idea.

Agar lebih mudah mengerti tentang Cinta Platonis, berikut ilustrasinya, ketika anda tidak dapat bersama dengan orang yang anda cintai karena orang yang anda cintai telah memilih pasangannya, anda dapat terus mencintainya dan bahkan memilikinya dalam dunia idea anda. Karena konsep orang yang anda cintai tersebut telah melekat di dalam pikiran dan penalaran anda. Itulah yang disebut Cinta Platonis. Setiap manusia, pasti memilikinya.

Ya, memiliki Cinta Platonis.

Pernah punya Cinta Platonis? Atau masih menjalani Cinta Platonis? Kalau saya sih, masih aja loh menjalani Cinta Platonis. Mungkin bagi sebagian orang, Cinta Platonis itu omong kosong dan merupakan tindakan pengecut. Tapi menurut saya, Cinta Platonis itu memang selalu ada dan dialami oleh setiap manusia. Cinta itu tidak harus selalu dikatakan kok, kalo saya sih begitu. Kalau ada yang berpendapat cinta harus selalu dikatakan atau ditunjukkan ya silakan saja, toh setiap orang bebas mengeluarkan pendapat.

Kebetulan persoalan Cinta sedikit mengusik pikiran saya (bukan perasaan). Saya akan membahas apa yang mengusik pikiran saya di post selanjutnya.