07 July 2011

racauan kacau

Tiba-tiba terlintas lagi konsep "cinta butuh pengorbanan" sudah dua kali sih menulis soal itu, Cinta Butuh Pengorbanan dan Cinta Butuh Pengorbanan (tapi sampai mana?). Tiba-tiba terlintas lagi soal itu, sebenarnya bukan soal itu lagi sih, tapi soal cinta. Saya jadi bingung. Memang kalau saling mencintai itu harus selalu bersama ya? Kalau cinta harus selalu bersama, berarti tidak ada dong konsep "cinta tidak harus memiliki"? Yah, kalau menurut Plato sih, tidak mungkin ada manusia yang tidak ingin bersama dengan orang yang dicintainya. Soal cinta menurut Plato nanti akan saya bahas lebih lanjut di post-post berikutnya deh, tidak sekarang. Hmmm. Saya jadi kepikiran, pintar teori soal cinta apa jaminannya dalam suatu hubungan cinta? Saya merasa belum pintar teori juga soal cinta, memang kaya apa juga teori soal cinta. Hmmm, palingan juga cuma baca-baca konsep cinta dari sudut pandang filsafat. Membantu sih. Jadi bisa lebih kritis melihat problematika cinta. Kalau soal ke depannya gimana pas sudah berelasi dalam suatu hubungan cinta, wah saya tidak tahu deh apakah pengetahuan itu berguna. Hahahaha. Tapi sejauh ini sih, mind-set sudah jauh lebih baik tentang cinta yang nanti mungkin akan saya alami. Entah kapan. Tapi sejauh ini, masih menikmati cinta platonis saja. :)

Perempuan jadi korban, masih perlu dipertanyakan?

Benar-benar tidak habis pikir. Kenapa ya perempuan itu kalau jadi korban malah mendapat diskriminasi? Seakan kalau ada kasus pelecehan yang menimpa perempuan, yang salah itu perempuannya, bukan pihak yang melakukan pelecehan. Ketika perempuan menjadi korban, yang muncul bukannya pembelaan sepenuhnya dari khalayak umum, tetapi justru pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan dan menyalahkan. Seperti kasus yang menimpa vokalis perempuan sebuah band di negeri ini, dia diculik di pagi buta oleh tiga pria mabuk dan disekap di dalam mobil selama satu jam serta mengalami pelecehan seksual. Miris saya mendengar pemberitaan media tadi sore yang justru melontarkan pertanyaan yang menyudutkan si vokalis, seperti, "Apa yang dilakukan dia di pagi buta dan sendirian?" ; "Apakah dia berada dalam kondisi mabuk?" ; "Mengapa dia tidak membawa mobil atau memanggil taksi sendiri?. AYOLAH! Itu bukan pertanyaan berarti yang mendukung kondisi moril si korban!