23 May 2010

Netral

Tidak ada yang netral. Netral merupakan sikap pengecut, karena mengetahui yang salah atau yang benar, setidaknya menurut sudut pandangnya. Namun tidak berani ambil resiko untuk berpihak pada salah satunya. Jika ada yang netral, sama saja harus ambil sikap dengan keluar dari dua pilihan tersebut.

(dari catatan kuliah Filsafat Bahasa bersama mbak Ikhaputri, membahas tentang Luce Irigaray, 22 Maret 2010.)

Saya jadi berpikir mengenai kata 'netral' tersebut. Itu kan nama band. :P *bego*
Yak, bukan netral nama band maksud saya. Tapi netral yang selama ini saya anggap 'ketidak-berpihakkan'. Jadi selama ini (kalau ditinjau dari apa yang dibilang Luce Irigaray) netral itu sikap pengecut toh. Saya baru tahu, untung saya masuk kuliah waktu itu.

Pas diberikan kuliah soal Luce Irigaray, saya jadi banyak setujunya deh sama ini filsuf. Ingin mencari bukunya, tapi belum ketemu-ketemu (yah karena saya juga belum bener-bener nyari :P). Konsep netral Irigaray membuat saya terbuka. Apalagi pas kuliah mbak Upie juga memberikan contoh : bahwa sifat maskulin dan feminin itu adalah mutlak. Tidak bisa ada yang di tengah-tengah (netral). Wah, makin terpukaulah saya. Konsep 'netral' Irigaray jadi mulai mendekonstruksi (minjem istilah om Derrida) mind-set saya soal 'netral'.

Hmmm..

No comments:

Post a Comment