07 December 2010

satu cinta, dua tuhan. mungkinkah?

Tak diterima dan tak berkenan di hadapan Tuhan.
Demikianlah opini yang sering terdengar yang tertuju pada pasangan yang berbeda agama.
Benarkah hubungan yang dilandasi oleh CINTA masih memiliki potensi untuk tidak diakui, diterima, dan diperkenankan di hadapan Tuhan?

Jika memang demikian, berarti ada batasan di dalam cinta.
Ada batasan yang menyekat individu dalam hal mencintai dan dicintai.
Batasan yang tak terlihat namun memiliki kekuatan yang besar, hingga mampu memisahkan dua orang yang saling mencintai. Apa batasan itu?

Mudah menyebutnya, namun apakah semua dapat menerima?
Bukankah agama yang menciptakan batasan dalam hal mencintai dan dicintai?
Jika tidak mencintai atau dicintai dengan orang yang memiliki kepercayaan dan iman yang sama dengan kita, maka hubungan tersebut jelas mustahil untuk dijalani.

Bukankah agama yang menciptakan berbagai norma khusus dalam lingkup iman kepercayaan yang harus dipegang teguh oleh orang-orang yang meyakininya?
Salahkah jika saya katakan agama yang membuat batasan dalam cinta?
Mencintai orang yang berbeda agama seakan menjadi hal yang tabu.
Mengapa?
Karena tidak dimungkinkan dalam satu hubungan adanya dua Tuhan bukan?

Mengapa tidak dimungkinkan?
Bagaimana jika dengan adanya dua Tuhan dalam satu hubungan dapat menciptakan toleransi dan keharmonisan yang lebih baik ketimbang satu Tuhan dalam hubungan?
Semua nampak masih buram dan abu-abu.
Biarlah perlahan saya warnai ketidakjelasan ini.

No comments:

Post a Comment