04 January 2010

Heidegger

Martin Heidegger (26 September 1889-26 Mei 1976) merupakan salah satu filsuf eksistensialisme yang mempunyai pengaruh cukup kuat di bidang fenomenologi dan ontologi. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan Katolik Roma, membuat Heidegger kecil bercita-cita menjadi seorang Imam. Karena itulah, dia masuk ke sekolah seminari lalu dengan bantuan gereja melanjutkan pendidikannya untuk mempelajari teologi Katolik, meski akhirnya berpindah ke filsafat. Dalam perjalanan hidupnya, Heidegger memiliki dua fakta yang cukup mengherankan. Dia adalah seorang filsuf yang brilian sekaligus seorang pendukung NAZI yang cukup menakutkan. Salah satu karya filsafatnya yang terkenal dan menjadi pendongkrak namanya di dunia filsafat sekaligus memberikan sumbangan berarti di filsafat Eropa adalah, Sein und Zeit (Being and Time).

Filsafat Heidegger

Filsafat Heidegger berawal dari sebuah pertanyaan sederhana"what is the meaning of being?". ‘Being’ menurut Heidegger merupakan suatu proses menuju ‘becoming’. Waktu dan eksistensi manusia merupakan dua hal yang saling kait mengait satu sama lain. Dalam Sein und Zeit (Being and Time), Heidegger menuangkan pemikirannya tentang ‘Ada’ dan ‘Waktu’. Dalam karya besarnya ini, Heidegger juga memperkenalkan satu istilah baru yang menjadi ciri khas pemikirannya yaitu, Dasein.

Dasein Menurut Heidegger

Dasein (Being There) merupakan konsepsi Heidegger tentang eksistensi partisipasi aktif di dunia (active participation in the world), bersamaan dengan keterbatasan inheren dan ancaman ketidak-otentikan (inauthenticity). Dasein merupakan nama baru bagi manusia.

Menurut Heidegger, kita ‘ada begitu saja’, ‘kita ada di sana’, di dalam dunia. Heidegger menyebut ini sebagai keterlemparan. Dasein, terlempar ke dalam dunia ini. Yang membedakan Dasein dari mengada-mengada lainnya adalah bahwa Dasein menyadari keterlemparan ini, lalu berupaya memahaminya.

Dasein dan dunia. Dasein berada di dalam dunia (dalam kondisi keterlemparannya), namun dunia tidak sama dengan bumi atau alam semesta belaka, melainkan – dari sudut pandang Dasein – suatu tempat untuk dimukimi. Hanya Dasein mengada yang bisa menduniakan ruang tempat ia berada. Di dalam dunia, tidak dapat disamakan dengan kata dalam pada kalimat ‘mobil ‘di dalam’ garasi. Dasein, bagi Heidegger, tidak pernah ada di dalam suatu ruang. Dasein – dalam arti harafiah – menduduki ruang. Kata ‘di dalam’ bagi Dasein berarti ‘bermukim’.

Sumber :

  • Human, All Too, Human. Youtube.
  • Hardiman, F. Budi. Heidegger dan Mistik Keseharian : Suatu Pengantar Menuju Sein und Zeit. Jakarta ; KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2003.

No comments:

Post a Comment