03 January 2010

Post 1

Halo, now i'm trying so hard to think. What i should to write now.

Alrite, how about 'philosophy' ?

Awal masuk kuliah, setiap saya berkenalan dengan orang baru dan memberitahukan jurusan saya. Pasti orang baru tersebut akan mengeryitkan dahi dan bertanya, "Filsafat belajar apa?"
Sedangkan yang ditanya, saya, juga belum tahu saya akan belajar apa di filsafat. Dan sering kali yang keluar dari mulut mereka adalah, "Wah, hati-hati tuh belajar filsafat, jangan sampai jadi atheis atau gila yah.."

Jujur, saya bingung dan sempat takut dengan perkataan orang-orang itu. Tapi saya pikir lagi, mereka bukan orang yang mengambil jurusan filsafat. Mereka jelas tidak belajar filsafat. Tapi kenapa mereka memiliki pendapat demikian? Setelah mencari tahu, ternyata memang ada sterotype di masyarakat kita, bahwa belajar filsafat itu hanya menyesatkan. Dan orang yang belajar biasanya menjadi Atheis.

Setelah saya memulai pelajaran saya di jurusan filsafat. Saya justru merasa bingung. Dimana pelajaran yang membuat saya menjadi atheis dan sesat? Saya mempelajari pemikiran-pemikiran filsuf-filsuf barat dari yunani di semester satu. Lalu berlanjut ke pemikiran-pemikiran filsafat barat dari periode waktu selanjutnya. Saya menikmati meski sempat bingung, untuk apa saya belajar hal-hal ini?

Sekarang sudah tiga semester saya lalui. Sudah satu tahun berkuliah di jurusan filsafat, dan saya banyak berpikir dan berkontemplasi. Kenapa orang awam berpikir filsafat itu membuat seseorang menjadi atheis? Memang di filsafat mempelajari filsafat Ketuhan-an, tapi bukan berarti orang yang mempelajari filsafat meninggalkan tuhan bukan?

Bertuhan atau beragama, menurut saya, bukanlah sesuatu yang seharusnya menjadi komoditas publik. Itu hal pribadi. Itu bagian dari hidup masing-masing individu manusia. Memang pada akhirnya, manusia yang bertuhan dan beragama tidak bisa lepas dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan tuhan dan agama. Tapi apakah ke-iman-an seseorang juga harus menjadi suatu urusan bagi orang lain?

Bagi saya, jika individu mau atau tidak mau percaya pada tuhan dan agama, itu bukanlah hal yang harus diributkan atau dipersoalkan orang lain. Orang-orang yang berpikir, bahwa belajar filsafat akan menyebabkan kesesatan dan menjadi pribadi yang atheis. Saya rasa mereka perlu lebih membuka pikiran dan tidak begitu saja menelan bulat-bulat informasi yang diterima mengenai filsafat.

Kebiasaan manusia yang seperti inilah yang sering kita temui. Tidak mengerti benar atau bahkan belum mengetahui dengan benar suatu arti kata atau persoalan. Bertanya pada yang lain, yang lain pun hanya mendengar dari yang lain dan begitu seterusnya. Tanpa tahu siapa yang mencetuskan jawaban atas pertanyaan itu. Sehingga terjadilah lingkaran setan. Manusia terjebak dalam lingkaran ketidakpastian dalam ketidaktahuan-nya. Lalu, apakah manusia itu akan berhenti setelah menerima informasi dari sesamanya? Ada dua kemungkinan, yang pertama akan mencari tahu melalui literatur, yang kedua, hanya menerima tanpa berniat mencari tahu.

Manusia yang kedua merupakan hal yang menurut saya berbahaya bagi manusia tersebut. Dia hanya menampung, tanpa berniat mencari tahu lebih dalam. Saya rasa ini yang bisa dikategorikan sebagai orang yang (maaf) berpikiran kolot. Karena segala hal pasti berubah dan mengalami perubahan. Tapi dia tidak mau ikut berubah, apa yang ditampungnya tidak mau dirubahnya, hanya disimpan.

Filsafat itu ilmu pengetahuan. Bukan ilmu atheis. Bukan ilmu sesat. Bukan ilmu yang membuat orang menjadi gila. Sama seperti ilmu pengetahuan lainnya yang dipelajari oleh setiap individu manusia, saya yakin bahwa berguna atau tidaknya suatu ilmu tersebut bukan tergantung pada ilmu-nya, tapi pada individu yang mempelajarinya. Tugas filsafat adalah mempertanyakan segala sesuatu yang sudah ada (seperti : ilmu pengetahuan) bahkan yang belum ada. Mengkritisi. Mungkin bisa dibilang seperti itu. Bertanya dan terus bertanya, lalu menganalisa, dan kembali bertanya. Itulah filsafat.

Mempelajari filsafat, tidak sama dengan kita mempelajari ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu komunikasi. Ilmu-ilmu tersebut, menghasilkan suatu kemampuan khusus, yaitu, mengerti mengenai teori ekonomi dan segala macam permasalahan ekonomi, mengerti hukum, menjadi pengacara, dll. Sedangkan mempelajari filsafat juga menghasilkan kemampuan yang khusus, yaitu, merubah pola pikir dan cara pandang orang yang mempelajarinya menjadi lebih kritis dan filosofis. Siapa bilang, belajar filsafat itu tidak berguna? Justru menurut saya, mempelajari filsafat, merubah anda menjadi seseorang yang berbeda dari manusia lainnya.

Well, i think it's enough for this post. Give your comments if you feel disagree or agree or something. See ya!

No comments:

Post a Comment